Kamis, 29 Oktober 2015

Feminitas Dan Maskulinitas

Ilustrasi: Seorang bapak menarik gerobak yang berisi pakan ternak.
gerobak itu pula didorong oleh seorang lain untuk membantu
meringankan beban yang dikandung oleh materi gerobak.
Gambar karya mas Ignatius Ganjar Tri Hantoro. 
(Catatan Awal Untuk Mengantar pada Bulan November sebagai Bulan Kesetaraan. Bersumber dari Dokumen pengantar Stube-HEMAT Yogyakarta kepada Femininity and Maskulinity Training November - Desember 2015)

Telapak lembut seorang wanita, simbol ketulusan dan cinta.
Sumber: Seorang mahasiswi di Yogyakarta
Ada banyak keterhubungan yang dekat antara budaya, pendidikan, sikap pembelajar, perilaku, dan kebiasaan. Faktor-faktor ini bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan profesionalitas seseorang. Karena teknologi sudah berkembang, budaya juga berubah lebih fleksibel, termasuk konsep maskulinitas dan feminitas.

Di Indonesia, konsep gender sudah berubah karena faktor ekonomi, globalisasi, dan teknologi. Di Indonesia, maskulinitas dan femininitas ada di tingkat yang sama, sementara wanita memiliki hak, kesempatan, dan orientasi yang sama dengan laki-laki dalam semua aspek, termasuk jabatan/kedudukan, menyampaikan pendapat dan banyak hal lainnya. Pertumbuhan kekuatan perempuan dan globalisasi merupakan faktor utama dalam perubahan peran perempuan.

Keakraban dua sahabat: simbol dari tiada perbedaan hak dan 
kewajiban di antara keduanya. Kesetaraan yang dipupuk sejak 
dini. Gambar: Frans Wohangara (Mahasiswa Matematika 
dan Aktifis dari Stube-HEMAT Yogyakarta)
Meski maskulinitas dan femininitas di Indonesia ada di level yang sama, laki-laki dalam beberapa hal masih punya lebih banyak kekuasaan. Dalam diskusi, anak laki-laki cenderung menjadi ketua kelompok dan lebih berani menyatakan pendapat, sedangkan anak-anak perempuan biasanya menjadi anggota saja dan cenderung diam, atau isu gender menjadi masalah dalam promosi jabatan di masyarakat atau organisasi.

Stube-HEMAT Yogyakarta mengemas ide dan konsep ini kemudian menuangkan dalam bentuk pelatihan yang akan diselenggarakan pada November-Desember 2015.



Pelatihan itu bertujuan:
1) Peserta mendapat informasi yang benar mengenai maskulinitas dan femininitas dalam pemahaman gender dan kemudian menganalisa dalam konteks Indonesia untuk mengurangi resistensi
2) Peserta mampu mempromosikan isu kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam setiap aspek
3) Peserta mendapat informasi yang baik tentang kasus pesetaraan gender baik Nasional dan Internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar