Jumat, 02 Januari 2015

Renungan-renungan Awal Tahun 2015

Ada saja orang-orang yang melakukan perenungan di akhir tahun untuk menutup tahun 2014. Perenungan itu pula menjadi teladan untuk melangkah di tahun 2015 ini. Berikut adalah perenungan dari beberapa orang yang telah menuliskannya dalam media sosial:


Indah Theresia Siahaan (Mahasiswa Akuntansi, Universitas Mercubuana Yogyakarta)  
dalam akun facebooknya menulis:
"Mungkin ada yang hanya di kos sendirian/rumah, ada yang melihat terangnya langit, ada yang di rumah sakit, di tempat kerjanya, ada yang ngumpul bareng keluarga/teman dan lain tempat, dan banyak makna yg terpikir dikepala masing2 orang.

Ada yang memaknai tahun baru ini sebagai awal yang baru buat kehidupan yang biasa-biasa saja di 2014, ada yang berharap 2014 ini jangan cepat berlalu karena tahun ini begitu spesial, ada juga yang berharap tahun ini jangan cepat selesai karena bertambahnya Tahun bertambah usia, ada juga berharap tahun ini berlalulah dengan cepat agar penderitaan 2014 selesai dan 2015 lebih baik. 

Sesungguhnya apalah arti Tahun baru? Kita sama-sama melihat matahari yang sama tiap harinya, langit yang sama, udara yang tergolong sama (ya jika tidak ada pencemaran). Cuma sedikit perbedaannya, kalender kita berganti 2014 ke 2015. Tanggal yang kita catat di kertas, yang berganti 2015. 

Jika kita berharap tahun depan lebih baik dari tahun 2014, berpikirlah ulang. Sesungguhnya, berharaplah setiap hari, ga mikir itu tanggal berapa? Hari apa? Bulan berapa? Tahun berapa? Lakukan setiap hari, dan coba lakukan yang diinginkan dengan sungguh-sungguh maka dapatlah arti BARU buat yang memaknainya. Amin
(Sumber: https://www.facebook.com/indah.t.siahaan 3 januari 2015)

Demikian catatan Indah, Mahasiswi Akuntansi di Yogyakarta. Marilah kita bergerak ke sisi timur pada sebuah Kota di Nusa Tenggara Timur, Waingapu. Ama Dhani, seorang penyair muda yang sedang menempuh studi di STIE Wira Wacana menuliskan sebuah catatan pula untuk kita:


 Duka Sama

Senja bersandar di pinggiran bebukitan batu barat, angin kembali ke sang biru.
Satu persatu butiran pasir yang terkumpulkan,telah tersapu angin sepoi.
Bahkan setumpuk cadas telah porak poranda oleh angin sepoi-sepoi itu.
Hari banyak dalam satu kumpulan, tak ada bedanya dengan yang sudah ada dan akan datang.
Manusia kasut tetap menjadi manusia kasut. Takan berubah menjadi rantai emas.
Bahkan kekudusan terbaluri oleh liur pencemooh.
Semoga kekuatiran bodoh ini hanyalah kekuatiran belaka.
Biarkan sang "AWAL dan AKHIR" yang menentukan warna dari semua jantung yang masih berdetak, yang telah berhenti dan akan berdetak.
(Sumber: https://www.facebook.com/notes/ama-dhany/duka-sama/581870031946018?pnref=story)

Ada yang merenung, ada yang bersyair, ada pula yang memberikan apresiasi kepada BASARNAS. Kita semua mengerti bahwa BASARNAS telah berjuang untuk kemanusian. Mereka menolong korban banjir Bandung, Longsor Banjarnegara, dan baru-baru ini adalah Tragedi jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501. Tentang Perjuangan BASARNAS seorang muda, Youswi dari Universitas Negeri Yogyakarta menulis:


Pak pres, BASARNAS udah total gak dikasih penghargaan?? Mrk taruhan nyawa lho... bahkan tahun baru yg lain pesta kembang api mrka msh terombang ambing menyelamatkan jenazah di laut..
 (Sumber:https://www.facebook.com/youswi.ajeng/posts/1052159348144430?fref=nf&pnref=story)

Beragam catatan dilontarkan oleh teman-teman muda dalam memulai tahun 2015 ini. Apapun yang terjadi pada tahun 2014 dapat menjadi landasan syukur bagi kita. Landasan syukur itu pula menjadi modal kuat untuk mengarungi misteri tahun 2015 ini.

Bila banyak orang telah memulai 2015 dengan sebuah catatan, bagaimana dengan anda? :)

Selamat Tahun Baru 2015

Selamat menikmati  Tahun Baru 2015
Semoga apa yang dicita-citakan dapat tercapai di tahun ini...
Kiranya hikmah tahun 2014 dapat dijadikan teladan untuk menapaki tahun 2015.
Amin...



Segenap Redaksi Yjurnal, 3 Januari 2015