Menulis?
Mengapa harus menulis? Bukankah tradisi lisan kita sudah mulai mapan? Bukankah
kita mampu berbicara dengan suara tanpa harus capek-capek menulis? Ya! Benar!
Bahwa menulis kadang bukanlah hobi utama kita. Sudah banyak penulis yang
mempopulerkan buku dan dengan sejumlah uang kita dapat mengonsumsi buku-buku
bacaan yang murah dan berkualitas. Lalu, apa gunanya menulis?
Menulis adalah sebuah kegiatan
tradisi. Kita bisa masuk dalam sejarah karena menulis. Cobalah saudara –
saudara periksa kembali ke belakang, ke sejarah hidup, kepada proses kehidupan
umat manusia, disanalah terdapat sejarah. Sejarah bisa dibuktikan karena ada
buktinya berupa karya – karya seni dan tulisan. Adanya sebuah tulisan adalah
penanda dimulainya sejarah manusia – jaman dimana manusia mulai mengenal
tulisan.
Seorang Filsuf menyatakan bahwa
tulisan dapat bertindak dalam dua cara berlawanan: pertama, dia bertindak
sebagai obat yakni mengobati ingatan agar dapat melihat kembali memori yang ada
di masa lalu. Kedua, tulisan kemudian bertindak sebagai racun karena
memperlemah ingatan dan daya pikir manusia.
Atas dasar itu, kita ambil sisi
positifnya saja. Bahwa menulis adalah bagian dari upaya membangun peradaban.
Tulisan kita, dalam bentuk apapun, akan berguna nantinya untuk menggambarkan
suasana pikiran kita. Kata-kata yang terucap akan mudah lenyap sementara tulisan
tak mudah lekang oleh waktu. Maka sekarang, semua tulisan adalah berguna.
Orang bisa mengerti pemikiran kita
melalui tulisan kita. Alangkah mirisnya bila seseorang mencaci karya tulis
orang lain hanya karena dianggap tidak akademis, tidak berbobot, dan tidak
bernilai sastra. Sekalipun cacian ini datang pada kita, tetaplah menulis karena
tulisan tidak dapat dipugar begitu saja oleh ucapan. Selamat menulis!