Kamis, 26 Juni 2014

Menjaga Keutuhan Persahabatan

Lima Orang Mahasiswa Yogyakarta. Kelimanya sedang menempuh Studi Teologi pada Sebuah Kampus di Kota Yogyakarta. 














          Bilamana seorang teman serasa menyebalkan, maka tidak nyaman rasanya bersamanya terus menerus. Ingin rasanya menjauh dan tetap menjaga jarak. Namun, bagaimana rasanya bila seorang teman itu mampu menemani kita?  Bagaimana Ia hadir saat kita butuh dan ia mau terbuka saat dia dalam keterpurukan? Teman inilah yang nantinya dapat menjadi seorang sahabat bagi kita.

            Persahabatan dapat tercipta seiring bertambahnya waktu. Ada kalanya seorang teman tumbuh menjadi sahabat hingga masa senja. Ada kalanya seorang datang dan pergi tanpa bisa menjadi orang yang dekat dengan kita. Hal ini kemudian memungkinkan bahwa menjadi sahabat atau mencari sahabat tidak semudah yang dibayangkan. Selalu ada proses untuk mencapai buah persahabatan itu.

            Daripada menunggu-nunggu datangnya seorang sahabat, maka lebih baik kita sendiri yang harus memulai lebih dulu. Bagaimana caranya? Tentu dengan menguasai diri, membuka diri, dan siap untuk membantu teman lain yang membutuhkan dorongan. Dorongan ini dapat berupa motivasi, bantuan tenaga, bahkan bisa juga bantuan finansial. Pada intinya, kita buat orang lain nyaman bersama kita.

            Persahabatan pada dasarnya menjadi hubungan yang saling memberi dan menerima. Dalam persahabatan tidak ada hitung-hitungan. Bilamana kita memberi lalu kita penghitung barang atau apapun yang kita beri, maka rasanya kita memberi lebih banyak. Perasaan ini mengancam keutuhan persahabatan.

            Persahabatan pada dasarnya bertabur rasa iklhas untuk memberi. Keikhlasan dan kepedulian menjadi faktor penentu kelanggengan sebuah relasi. Bagaimana dengan teman-teman? Sudahkah kita ikhlas untuk memberi diri? Mari menjadi sahabat yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar