Lima Orang Mahasiswa Yogyakarta. Kelimanya sedang menempuh Studi Teologi pada Sebuah Kampus di Kota Yogyakarta. |
Bilamana seorang teman serasa
menyebalkan, maka tidak nyaman rasanya bersamanya terus menerus. Ingin rasanya
menjauh dan tetap menjaga jarak. Namun, bagaimana rasanya bila seorang teman
itu mampu menemani kita? Bagaimana Ia
hadir saat kita butuh dan ia mau terbuka saat dia dalam keterpurukan?
Teman
inilah yang nantinya dapat menjadi seorang sahabat bagi kita.
Persahabatan dapat tercipta seiring
bertambahnya waktu. Ada kalanya seorang teman tumbuh menjadi sahabat hingga
masa senja. Ada kalanya seorang datang dan pergi tanpa bisa menjadi orang yang
dekat dengan kita. Hal ini kemudian memungkinkan bahwa menjadi sahabat atau
mencari sahabat tidak semudah yang dibayangkan. Selalu ada proses untuk
mencapai buah persahabatan itu.
Daripada menunggu-nunggu datangnya
seorang sahabat, maka lebih baik kita sendiri yang harus memulai lebih dulu.
Bagaimana caranya? Tentu dengan menguasai diri, membuka diri, dan siap untuk
membantu teman lain yang membutuhkan dorongan. Dorongan ini dapat berupa
motivasi, bantuan tenaga, bahkan bisa juga bantuan finansial. Pada intinya,
kita buat orang lain nyaman bersama kita.
Persahabatan pada dasarnya menjadi
hubungan yang saling memberi dan menerima. Dalam persahabatan tidak ada
hitung-hitungan. Bilamana kita memberi lalu kita penghitung barang atau apapun
yang kita beri, maka rasanya kita memberi lebih banyak. Perasaan ini mengancam
keutuhan persahabatan.
Persahabatan pada dasarnya bertabur
rasa iklhas untuk memberi. Keikhlasan dan kepedulian menjadi faktor penentu kelanggengan
sebuah relasi. Bagaimana dengan teman-teman? Sudahkah kita ikhlas untuk memberi
diri? Mari menjadi sahabat yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar